LAPORAN
PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH
“ACARA
VI PROFIL TANAH”
DISUSUN
OLEH :
FAJAR
PUTRI ANDINI
A1L011102
AGROTEKNOLOGI
Rombongan
C5
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Definisi tanah :
1.
Pendekatan Geologi (Akhir Abad XIX) Tanah: adalah lapisan permukaan bumi yang
berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya
alam, sehingga membentuk regolit (lapisan partikel halus).
2. Pendekatan
Pedologi (Dokuchaev 1870)
Pendekatan
Ilmu Tanah sebagai Ilmu Pengetahuan Alam Murni. Kata Pedo = gumpal tanah. Tanah: adalah bahan padat yang
(mineral atau organik) unconsolidated yang terletak dipermukaan bumi, yang
telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor: Bahan Induk, Iklim, Organisme, Topografi, dan Waktu.
3. Pendekatan
Edaphologis (Jones dari Cornel University
Inggris)
Kata
Edaphos = bahan tanah subur.
Tanah
adalah media tumbuh tanaman.
Profil tanah merupakan penampang
tegak tanah yang memperlihatkan berbagai lapisan tanah. Pengamatan profil
sangat penting dalam mempelajari sifat-sifat tanah secara cepat dilapangan,
terutama yang berkaitan dengan genetis dan klasifikasi tanah. Sidik cepat
beberapa sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga biasanya dilakukan dengan
bersamaan dan merupakan bagian pengamatan profil tanah. Evaluasi terhadap
sifat-sifat tanah ini kemudian dilanjutkan secara lebih rinci di laboratorium
dengan menggunakan contoh tanah. Contoh tanah dibedakan atas beberapa macam
tergantung pada tujuan dan cara pengambilan. Bila contoh tanah diambil pada
setiap lapisan untuk mempelajari perkembangan profil menetapkan jenis tanah
maka disebut “contoh tanah satelit”. Contoh tanah yang diambil dari beberapa
tempat dan digabung untuk menilai tingkat kesuburan tanah disebut “contoh tanah
komposit”. Pengambilan contoh tanah secara komposit dapat menghemat biaya
analisis bila dibandingkan dengan pengambilan secara individu. (Peterson dan calvin, 1986)
Adalagi contoh tanah yang diambil
dengan pengambilan sampel (care) dan disebut dengan contoh tanah utuh, yang
biasanya digunakan untuk menetapkan sifat tanah disebut contoh tanah utuh
karena strukturnya asli seperti apa adanya di lapangan sedangkan contoh tanah
yang sebagian atau seluruh strukturnya telah rusak disebut contoh tanah
terganggu.
Tanah begitu berarti bagi manusia sebagai sumber penghidupan
manusia sehingga munculah istilah Soil Science atau ilmu tanah yaitu ilmu yang
berhubungan dengan tanah sebagai sumber penghidupan pada permukaan bumi yang
mencakup pembentukan tanah serta klasifikasi dan pemetaan berdasarkan
sifat-sifat fisika, kimia hayati dan kesuburan tanah dimana sifat-sifat ini
berkaitan dengan pengolahan bagi produksi tanaman.
Apabila
kita menggali lubang pada tanah, maka kalau kita perhatikan dengan teliti pada
masing-masing sisi lubang tersebut akan terdapat lapisan-lapisan tanah yang
mempunyai sifat yang berbeda-beda. Disuatu tempat ditemukan lapisan
berseling-seling dengan lapisan liat, lempung atau debu, sedang ditempat lain
ditemukan tanah yang semuanya terdiri dari liat, tetapi dilapisan bawah berwarna
kelabu dengan bercak-bercak merah, dibagian tangah berwarna merah, dan lapisan
atasnya berwarna kehitam-hitaman.
Lapisan
tersebut terbentuk karena dua hal, yaitu :
1. Pengendapan yang berulang-ulang oleh
genangan air. Apabila genangan air tersebut masih mengalir dengan kecepatan
tinggi maka hanya butir-butir kasar seperti pasir kerikil yang dapat
diendapkan. Bila air yang menggenang tidak mengalir lagi maka butir-butir yang
halus seperti liat atau debu mulai dapat diendapkan. Tanah-tanah dengan endapan
yang berlapis-lapis ini umumnya ditemukan disekitar sungai di daerah dataran
banjir atau teras.
2. Proses pembentukan tanah. Proses
pembentukan tanah dimulai dari proses pelapukan batuan induk menjadi bahan
induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik dengan bahan mineral
di permukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah
dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain yang dapat
menghasilkan horison-horison tanah.
Horison tanah adalah lapisan-lapisan
tanah yang terbentuk karena hasil dari proses pembentukan tanah. Proses
pembentukan horison-horison tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang
disebut tanah. Penampang vertikal tanah tersebut akan menunjukan susunan
horison yanag disebut profil tanah.
Profil
dari tanah mineral yang telah berkembang lanjut biasanya memiliki
horison-horison sebagai berikut: O – A – E – B – C – R
Keterangan:
1. Horison O adalah horison organik yang
terbentuk di atas lapisan tanah mineral. Di daerah rawa-rawa horison O merupakan
horison utama pada tanah gambut (Histosol). Dalam horison O terdapat beberapa
bahan tanah yaitu bahan fibrik (Oi) merupakan bentuk asli sisa-sisa tanaman
masih terlihat, bahan hemik (Oe) merupakan bentuk asli sisa-sisa tanaman yang
tidak terlihat jelas, dan bahan saprik merupakan bentuk asli sisa-sisa tanaman
yang sudah tidak telihat lagi.
2. Horison A adalah
horison mineral berbahan organik tanah (BOT) tinggi sehingga berwarna agak
gelap. A2 – Horison dimana terdapat pencucian (eluviasi) maksimum terhadap
liat, Fe, A dan bahan organik. A3 – Horison peralihan ke B, lebih menyerupai Horison
A dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan mineral.
Merupakan horison eluvasi, yaitu horison yang mengalami pencucian.
3. Horison E adalah
horison mineral yang telah tereloviasi (tercuci) sehingga kadar BOT, liat
silikat, Fe dan Al rendahtetapi kadar pasir & debu kuarsa (seskuoksida) dan
mineral resisten lainnya tinggi serta berwarna terang.
4. Horison B adalah
horison illuviasi yaitu horison akumulasi bahan eluvial dari horison diatasnya.
5. Horison C adalah
lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan bahan induk atau belum terjadi
perubahan secara kimiawi.
6. Horison R adalah batuan keras yang belum
dilapuk. Tidak dapat ditembus oleh akar tanaman.
B.
Tujuan
Untuk
pengenalan profil dari beberapa jenis tanah.
BAB
II
METODE
KERJA
A. Alat
dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bor tanah, Abney level
untuk mengukur kemiringan tanah, kompas, altimeter, pH saku, botol semprot,
kertas label, meteran, larutan H2O2 3%, larutan HCl 10%,
larutan αα-dipiridil dalam 1N NH4Oac netral, akuades, buku Munsell
Soil Color Chart, kantong plastik, spidol, buku pedoman pengamatan tanah di
lapang dan daftar isian profil.
B. Cara
Kerja
1. Dipilih
tempat pembuatan profil. Sebelumnya dilakukan dengan pengeboran di
tempat-tempat sekitar profil yang akan dibuat sedalam 1 meterpada 2 atau 3
tempat berjarak 1 meter yang berguna agar tercapai keseragaman.
2. Menggali
lubang sedemikian rupa sehingga terbentuk profil tanah dengan ukuran panjang 2
m, lebar 1,5 m dan kedalaman 1,5 m. Di depan bidang pengamatan profil dibuat
tangga ke bawah untuk memudahkan pengamat turun.
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Deskripsi
Profil
Pemeta :
F.Putri Andini
No apang : 1
Tanggal : 05
April 2012
|
Seri :
Fase :
|
Tanda satuan
peta tanah :
|
||||
Propinsi
: Jawa Tengah
Kabupaten :
Banyumas
Kecamatan :
Purwokerto Utara
Desa/Kel : Karangwangkal
Ketinggian tempat : 90 m dpl
|
Fisiografi :
dataran vulkanik
Bahan Induk :
Formasi
Geologi : Aluvtum QAL
|
|||||
Cuaca :
mendung
Iklim : tropis
Tipe :
Curah
hujan : - mm/th
Bulan kering :
- bulan
|
Relief :
gundukan
Makro : datar
Mikro : datar
|
|||||
Vegetasi :
asli/bukan asli
Dominan :
semak belukar
Spesialis :
pisang dan mangga
|
Lereng
Tuggal :
lurus ganda : -
Arah :
timur panjang : 200 m
|
|||||
Erosi
Jenis erosi :
percik
Tingkatan :
rendah
|
Drainase
Permukaan :
baik
Kedalaman : 15
m
Permeabilitas
: sedang-cepat
Glei : -
|
|||||
Kemampuan
wilayah
Posisi
penampang bagan :
Miring ke arah
timur , lereng bagian atas
|
Batuan
Penyebaran
Di permukaan :
<5 % dari penampang
Di lapisan ke
: - % dari penampang.
|
|||||
Nomer Lapisan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Dalam lapisan (cm)
|
0-15 cm
|
15-34 cm
|
34-55 cm
|
55-88 cm
|
88-150 cm
|
|
Warna tanah
|
10 YR 4/3
|
10 YR 4/6
|
10 YR 4/4
|
10 YR 4/3
|
10 YR 4/3
|
|
Tekstur tanah
|
Sendilum
|
Sendilerum Liat Berpasir agak lekat
|
Sendilum lempung berpasir tidak lekat
tidak plastis
|
Sendilum berpasir tidak lekat tidak
plastis
|
Lumisen pasir
lempung
|
|
Konsistensi
|
Tidak lekat
Tdk plastis
|
Agak plastis
|
Tidak lekat tidak plastis
|
Tdk lekat tidak plastis
|
plastis
|
|
pH tanah
|
4
|
4
|
5
|
4
|
5
|
|
B. Pembahasan
Apabila kita menggali lubang pada
tanah, maka kalau kita perhatikan dengan teliti pada masing-masing sisi lubang
tersebut akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang mempunyai sifat yang
berbeda-beda. Di suatu tempat ditemukan lapisan pasir berselang-seling dengan
lapisan liat, lempung atau debu, sedang di tempat lain ditemukan tanah yang
semuanya terdiri dari liat, tetapi di lapisan bawah berwarna kelabu dengan
bercak-bercak merah, di bagian tengah berwarna merah, dan lapisan atasnya
berwarna kehitam-hitaman. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk karena dua hal
yaitu (Hardjowigeno,1987) :
1.
Pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air. Apabila air genangan
tersebut masih mengalir dengan kecepatan tinggi maka hanya butir-butir kasar
seperti pasir, kerikil yang dapat diendapkan. Bila air yang menggenang tidak
mengalir lagi maka butir-butir yang halus seperti liat atau debu mulai dapat
diendapkan. Tanah-tanah dengan endapan yang berlapis-lapis ini umumnya
ditemukan di sekitar sungai di daerah-daerah datarn banjir atau teras.
2. Proses pembentukan tanah dimulai dari proses pelapukan batuan induk menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses percampuran bahan oranik dengan bahan mineral di permukaan tanah, pemindahan bahan-bahan dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain yang dapat menghasilkan horizon-horizon tanah. Horizon tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk kerena hasil dari proses pembentukan tanah.
Proses pembentukan horizon-horizon tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah disebut profil tanah. Terdapat enam horizon utama yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas ke bawah yaitu horizon O, A, E, B, C dan R. Sedangkan horizon yang menyusun solum tanah hanya horizon A, E dan B (Hardjowigeno, 1987).
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan secara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan kegiatan penelitiannya. Dalam hal ini misalnya untuk keperluan genesa tanah pada Oksisol yang solumnya (tebal) pembuatan profil tanah dapat mencapai kedalaman sekitar 3 – 3,5 meter (Kartasapoetra dan Mulyani, 1987).
2. Proses pembentukan tanah dimulai dari proses pelapukan batuan induk menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses percampuran bahan oranik dengan bahan mineral di permukaan tanah, pemindahan bahan-bahan dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain yang dapat menghasilkan horizon-horizon tanah. Horizon tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk kerena hasil dari proses pembentukan tanah.
Proses pembentukan horizon-horizon tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah disebut profil tanah. Terdapat enam horizon utama yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas ke bawah yaitu horizon O, A, E, B, C dan R. Sedangkan horizon yang menyusun solum tanah hanya horizon A, E dan B (Hardjowigeno, 1987).
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan secara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan kegiatan penelitiannya. Dalam hal ini misalnya untuk keperluan genesa tanah pada Oksisol yang solumnya (tebal) pembuatan profil tanah dapat mencapai kedalaman sekitar 3 – 3,5 meter (Kartasapoetra dan Mulyani, 1987).
Tanah
adalah lapisan nisbi tipis pada permukaan kulit. Tanah bervariasi dari satu tempat
ke tempat yang lain, karena keaneka ragaman ini, maka tanah dapat dipandang
sebagai kumpulan individu-individu tanah. Pementukan tanah dari bongkahan bum
mulai dari proses-proses pemecahan atau penghancura dimana bahan induk
berkeping-keping secara halus . Tiap tanah berkembang secara baik dan masih
dalam keadaan asli akan mempunyai sifat profil yang khas. Sifat-sifat ini
yang dipakai dalam klasifikasi dan penjarangan tanah yang sangat besar
manfatnya dalam menentukan pendapat tentang tanah dan sifat-sifat profil.
Pengenalan
tanah di lapangan dilakukan dengan mengamati menjelaskan sifat-sifat profil
tanah. Profil tanah adalah urutan-urutan horison tanah, yakni lapisan-lapisan
tanah yang dianggap sejajar permukaan bumi. Profil tanah dipelajari menggali
tanah dengan dinding lubang vertikal kelapisan yang lebih bawah.Profil tanah
merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan cara membuat
lubang dengan ukuran panjang dan lebar serta kedalaman tertentu sesuai dengan
keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tanah merupakan tubuh alam yang
terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam (natural forces)
terhadap proses pembentukan mineral. Pembentukan dan pelapukan bahan-bahan
organik pertukaran ion-ion, pergerakan dan pencucian bahan-bahan koloid
(Buckman, 1982).
Proses pembentukan horison-horison
tanah akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Penampang vertikal
dari tanah yang menunjukkan susunan horison tanah disebut profil tanah. Ada 6
horison utama yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas ke bawah
yaitu horison O, A, E, B, C, dan R (Hardjowigeno,2003).
Profil tanah merupakan suatu irisan
melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan cara membuat lubang dengan ukuran
panjang dan lebar serta kedalaman tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan
keperluan penelitian. Tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk dan berkembang
akibat terkena gaya-gaya alam (natural forces) terhadap proses pembentukan
mineral. Pembentukan dan pelapukan bahan-bahan koloid. (Hakim, dkk 1982).
Batas lapisan dengan lapisan lainnya dalam suatu
profil tanah dapat terlihat jelas atau baur. Dalam pengamatan di lapangan
ketajaman peralihan lapisan-lapisan ini dibedakan kedalam beberapa tingkatan
yaitu nyata (lebar peralihan kurang dari 2,5 cm), jelas (lebar peralihan 2,5 –
6,5 cm) dan baur (lebar peralihan lebih dari 12,5 cm). disamping itu
entuk topografi dari batas horison tersebut dapat rata, berombak, tidak teratur
atau terputus (Foth, 1988).
Karatan
merupakan hasil pelapukan batuan tanah yang di pengaruhi oleh adhesi dan
kohesi. Karatan berwarna hitam mengandung banyak mangan (Mg) sedangkan berwarna
merah mengandung besi (Fe). Karatan merupakan hasil reaksi oksidasi dan reduksi
dalam tanah. Karatan menunjukkan hasil reaksi oksidasi dan reduksi dalam tanah.
Karatan menunjukkan bahwa udara masih dapat kedalam tanah setempat sehingga
terjadi oksidasi ditempat tersebut dan terbentuk senyawa-senywa Fe3+
yang berwarna merah. Bila air tida pernah menggenang tata udara dalam tanah
selalu baik, maka seluruh profil tanah dalam keaadaan oksidasi (Fe3+)
oleh karena itu umumnya berwarna merah atau coklat. (Foth, 1988).
Hasil
pelapukan batuan-batuan yang bercampur dengan sisa batuan dari organisme yang
hidup diatasnya. Selain itu, terdapat pula udara dan air didalam tanah. Air
dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak
meresap ketempat lain, disamping pencampuran bahan organik didalam proses
pembentukan tanah, terbentuk pula lapisan-lapisan tanah. (Hardjowigeno, 1985).
Pembentukan lapisan atau
perkembangan horizon dapat membangun tubuh alam yang disebut tanah. Tiap tanah
dicirikan oleh susunan tertentu horizon. Secara umum dapat disebutkan bahwa
setiap profil tanah terdiri atas dua atau lebih horizon utama. Tiap horizon
dapat dibedakan berdasarkan warna, tekstur, struktur dan sifat morfologis
lainnya. (Pairunan, 1985).
Pengenalan profil tanah secara
lengkap meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pengenalan ini penting
dalam hal mempelajari pembentukan dan klasifikasi tanah dengan pertumbuhan
tanaman serta kemungkinan pengolahan tanah uang lebih tepat. Adapun
faktor-faktor pembentuk tanah yaitu, bahan induk, organisme, topografi, iklim,
waktu. Adanya beberapa tingkatan atau variasi faktor-faktor pembentuk tanah
maka potensi untuk membentuk berbagai jenis tanah yang berbeda adalah amat
besar (Foth H.D. 1999).
Bahan Induk
Keadaan alami bahan induk akan
mempunyai pengaruh terputus pada sifat-sifat tanah muda, mereka dapat memekai
satu pengaruh pada tanah-tanah tua yang ada. Sifat bahan induk yang memakai
satu pengaruh yang mendalam pada perkembangan tanah termasuk tekstur, komposisi
mineral dan tingkat stratifikasi. Pembentukan tanah dapat dimulai segera
setelah penimbunan abu vulkanik tetapi harus menunggu penghancuran batuan keras
secara fisik, dimana granit dibuka. Selama stadia awal pembentukan tanah,
penghancuran dapat membatasi laju dan kedalaman perkembangan tanah, dimana laju
dan penghancuran batuan melebihi laju perpindahan bahan oleh erosi, tanah-tanah
produktif dengan solum tebal dapat berkembang dari batuan dasar. (Foth. H.D,
1988).
Iklim
Pengaruh iklim yang penting yang
mempengaruhi pembentukan tanah adalah presipitasi dan temperatur. Iklim juga
mempengaruhi pembentukan tanah secara tidak langsung yang menentukan vegetasi
alami. Tidaklah terlalu mengejutkan bahwa terdapat beberapa penyebaran iklim,
vegetasi dan tanah yang paralel di permukaan bumi. Setiap kenaikan 10°C akan
menaikkan laju reaksi kimia dua sampai tiga kali. Meningkatnya pelapukan dan
kandungan liat terjadi dengan meningkatnya rata-rata temperatur tanah. Rupanya
hanya tanah-tanah yang sangat muda mempunyai pengaruh iklim yang konstan selama
genesa tanah. (Foth.H.D, 1988).
Organisme
Tanaman mengabsorbsi unsur hara dari
tanah dan mengangkut nutrien ke tajuk tanaman, bila tajuk mati dan jatuh ke
permukaan tanah perombakan bahan organik akan melepaskan unsur hara untuk
kesuburan dirinya sendiri. (Foth.H.D, 1988).
Profil
tanah rumput mengandung lebih banyak bahan organik terdistribusi lebih uniform
di dalam tanah daripada tanah hutan. Tanah dengan vegetasi hutan mempunyai
kira-kira separuh dari kandungan bahan organik dan terdistribusi tidak merata
dengan tingkat perkembangan profil tanah lebih sempurna. Horizon-horizon pada
solum lebih asam dan % jenuh basa yang rendah dan lebih banyak liat yang
dipindahkan dari horizon A ke horizon B. (Buckman & Brady, 1982).
Topografi
Topografi mengubah perkembangan
profil tanah dalam tiga cara, yaitu (1) dengan mempengaruhi jumlah presipitasi
yang diabsorbsi dan ditahan dalam tanah, oleh karenanya mempengaruhi
kelembaban, (2) dengan mempengaruhi kecepatan perpindahan tanah oleh erosi, (30
dengan mengarahkan gerakan bahan-bahan dalam suspensi atau larutan dari daerah
yang satu ke daerah yang lain. (Foth.H.D, 1988).
Pada
skope yang lebih besar terjadi penghanyutan (erosi) tanah secara kontinue
sehingga akan muncul soil-soil kepermukaan tanah dan peristiwa ini akan
memodifikasi profil. Konsekuensinya tanah-tanah pada kemiringan besar memiliki
solum yang tipis dengan kandungan bahan organik yang rendah dibandingkan dengan
tanah pada bergelombang dan datar. Drainase yang baik, warna bahan tanah pada
daerah-daerah rendah akan berubah dari kuning merah dan cokelat, menunjukkan
aerasi tanah yang baik dengan kondisi oksidasi. Drainase buruk, berwarna kelabu
dan ditemukannya sejumlah karatan-karatan berwarna kuning sebagai akibat
reduksi besi ferri menjadi besi ferro. (Buckman & Brady, 1982).
Waktu
Tanah sebagai hasil evolusi berubah
secara tetap seperti perubahan bentuk bui. Mereka mempunyai siklus hidup dengan
keadaan yang sama dimana bentuk muka bumi lambat laun menembus suatu siklus.
Siklus hidup tanah teristimewa termasuk stadia bahan induk, tanah uda, tanah
matang dan tanah tua. Pada tanah-tanah muda kandungan bahan organik meningkat
dengan cepat sebab laju pertambahnan melebihi laju dekomposisi. Kematangan
dicirikan oleh kandungan bahan organik yang konstan sebagai penambah diimbangi
oleh yang hilang. Unsur yang tua dicirikan oleh kandungan bahan organik yang
rendah dan menurun yang menunjukkan bahwa laju pertambahan susut dari tanah
menjadi lebih mudah dilapukkan. (Foth.H.D, 1988).
Berdasarkan hasil pengamatan pada
profil tanah di lapangan, terlihat adanya lapisan yang terdiri dari lapisan I,
lapisan II, lapisan III, lapisan IV,dan lapisan V. Dari kelima profil tersebut
pada daerah yang sama, lapisan-lapisan tersebut terdapat perbedaan baik segi
fisik, kimia, dan biologi. Perbedaan yang tampak dari lapisan-lapisan tanah
pada profil I dan II yakni, dari segi warna, ukuran, dsb. Dapat dikatakan, baik
pada tanah profil I maupun pada tanah profil II yang diamati dilapangan masih
dalam tahap pembentukan awal, karena faktor pembentukan berhubungan dengan
peristiwa erosi dimana tanah dapat berkembang menjadi sangat tebal setelah
mencapai beberapa meter jika kecepatan erosi lebih kecil daripada pelapukan
batuan.
Batas suatu horizon dalam suatu
profil tanah dapat dilihat dengan nyata/jelas atau baur, baik pada lapisan
profil I maupun lapisan profil II.
Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kedalaman tanah pada tiap
lapisan dalam proses pencucian dimana pada saat hujan, air tersebut akan
mengalir turun kelapisan bawah bersama dengan mineral tanah dengan kecepatan
yang tinggi sehingga menyebabkan adanya perbedaan horizon, ada yang baur dan
ada yang nyata. (Hakim dkk, 1986)
Tekstur tanah lapisan 1 yaitu
lempung berpasir, pada lapisan 2 teksturnya lempung liat berpasir, pada lapisan
3 teksturnya lempung berpasir, pada lapisan 4teksturnya lempung berpasir, dan
pada lapisan 5 teksturnya pasir berlempung.
Struktur tanah lapisan 1-5 pada tiap
lapisan adalah kasar dan sedang. Hal ini disebabkan karena tanah pada lapisan 1
merupakan tanah agak tergenang sehingga struktur tanahnya lunak, sedangkan pada
lapisan 2 merupakan tanah tergenang sehingga strukturnya lemah. Struktur
glanular adalah struktur tanah yang sangat ideal untuk pertanian lahan kering
karena struktur ini diperoleh dengan keadaan aerasi baik, kemampuan menyimpan
air yang tersedia bagi tanaman yang besar, kegemburan tanah memudahkan
pengolahan dan pertumbuhan akar yang optimum, serta drainase yang baik.
Konsistensi tanah menunjukkan daya
kohesi dan adhesi butir-butir tanah. Konsistensi tanah lapisan 1-5 pada lapisan
satu dan lainnya adalah tanah yang plastis lekat. Hal ini disebabkan karena
tanah lapisan 1-5 kaya akan fraksi liat, plastida dan juga kandungan liat
lainnya yang cukup besar. daya lekat tanah bertambah besar dengan besarnya
kandungan liat.
Ordo adalah membagi lahan menjadi
sesuai atau tidak dan tidak sesuai untuk digarap. Pada keadaan tertentu dapat
dibuat ordo sesuai bersyarat. Klas menunjukkan tingkat kesesuaian lahan dalam
ordo yang dilambangkan dengan angka. Sub-klas yaitu pembagian kelas berdasarkan
jenis faktor pembatas. Subklas disimbolkan dengan huruf kecil dibelakang simbol
klas. Unit merupakan pembagian subklas berdasarkan perbedaan satuan pengelolaan
yang diperlukan. Unit dilambangkan dengan angka dalam kurung.
BAB
IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengamatan
praktikum profil tanah dilapangan adalah:
1.
Pada tanah dalam teksturnya lempung
berliat, strukturnya sedang, tidak terdapat karatan dan konsistensi tanahnya
menunjukkan daya kohesi dan adhesi butir-butir tanah.
2.
Tanah dangkal teksturnya kasar,
strukturnya kasar, dan terdapat karatan
3.
Faktor-faktor pembentuk tanah yaitu
iklim (khusus suhu dan curah hujan), jasad hidup terutama vegetasi, watak bahan
induk terutama tekstur dan struktur. Tofografi daerah, waktu yang diperlukan
bahan induk untuk membentuk tanah.
DAFTAR
PUSTAKA
Buckman,
O. Harry, Brady, C. Nyle. 1982. Ilmu
tanah. Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Foth,
H.D.dan L.N.Turk. 1999. Fundamentals Of
Soil Science. Fifth Ed. John Waley & sons. New York.
Hakim,
N.M.Y. Nyakta dkk. 1982. Dasar-dasar Ilmu
tanah. Penerbit Universitas Lampung. Lampung.
Hardjowigeno,Sarwono.
2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo.
Jakarta.
Hardjowigeno,
Sarwono. 1985. Ilmu Tanah. Akademik
Pressindo. Jakarta.
Pairunan,
A.K, dkk. 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
BKPT INTIM. Ujung Pandang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar