Rabu, 01 Mei 2013

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH ACARA II PENETAPAN KADAR AIR TANAH



LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH
ACARA II PENETAPAN KADAR AIR TANAH









DISUSUN OLEH :
FAJAR PUTRI ANDINI
A1L011102
AGROTEKNOLOGI
Rombongan 5

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012


BAB I

PENDAHULUAN
A.               Latar Belakang

            Diseluruh permukaan bumi terdapat aneka macam tanah, mulai dari yang paling gersang sampai yang paling subur, berwarna putih, merah, cokelat, kelabu, hitam, dengan berbagai ragam sifatnya.Untuk mempermudah mengenal masing-masing-masing jenis tanah serta kemampuannya dalam usaha mempelajari dan menggunakan tanah, maka perlu perlu masing-masing tanah diberi nama. Dengan demikian nama yang umumnya hanya terdiri atas satu atau dua kata berfungsi sebagai alat untuk mempersingkatketerangan mengenai sifat kemampuan suatu jenis tanah.
            Seorang ahli menganggap bahwa tanah adalah bagian permukaan bumi yang lembek sehingga perlu dipasang batu-batu di permukaannya agar menjadi kuat. Dalam kehidupan sehari-hari tanah diartikan sebagai wilayah darat dimana di atasnya dapat digunakan untuk berbagai usah, misalnya pertanin, peternakan, mendirikan bangunan dan lain-lain. Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organic dari organisme (vegetasi dan hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air.
            Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume tanah. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000 C – 1100 C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah.
            Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati.
            Tanah terdiri dari 5 ( lima ) komponen yaitu bahan mineral, bahan organic, udara, air, dan jasad renik. Bahan penyusun tanah yakni bahan organik, bahan mineral, dan air merupakan satu kesatuan yang bercampur didalam tanah sehingga sulit dipisahkan satu sama lainnya (Kohnke, H. 1968)
            Air Higroskopis adalah air yang diadsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat, sehingga tidak tersedia bagai tanaman. Jumlahnya sangat sedikit dan merupakan selaput tipis yang menyelimuti agregat tanah. Air ini terikat kuat pada matriks tanah ditahan pada tegangan antara 31 - 10.000 atm (pF 4,0 – 4,7)
            Air Kapiler adalah air tanah yang ditahan akibat adanya gaya kohesi dan adhesi yang lebih kuat dibanding gaya gravitasi. Air Gravitasi merupakan air yang tidak dapat ditahan oleh tanah, karena mudah meresap ke bawah akibat adanya gaya gravitasi. Air gravitasi mudah hilang dari tanah dengan membawa unsur hara seperti N,K,Ca sehingga tanah menjadi masam dan miskin hara.

B.                 Tujuan

            Menetapkan kadar air tanah kering angin, kapasitas lapang, dan kadar air maksimum tanah dengan metode gravimetri (perbandingan massa air dengan massa padatan tanah) atau disebut berdasarkan % berat.









BAB II
METODE KERJA

A.                Alat dan Bahan

            Contoh tanah kering angin, botol timbang, timbangan analitis, keranjang kuningan, cawan tembaga porus, bejaana seng, kertas label, spidol, pipet ukur 2 mm, bak perendam, serbet, kertas saring, oven, tang penjepitdan eksikator.

B.                 Cara Kerja

1.                  Kadar air kering udara
a.   Botol timbang dan penutupnya dibersihkan, diberi label, lalu ditimbang (= a gram).
b.   Botol timbang diisi dengan contoh tanah kering udara yang berdiameter 2 mm, kurang lebih setengahnya, ditutup lalu ditimbang kembali (= b gram).
c.   Botol timbang yang berisi tanah dimasukkan ke dalam ovendengan keadaan tutup terbuka. Pengovenan dilakukan pada suhu 105-1100C selama minimal 4 jam.
d.  Setelah waktu pengovenan selesai botol timbang ditutup kembali dengan menggunakan tang penjepit.
e.   Botol timbang yang telah ditutup dikeluarkan dari oven dengan menggunakan tang penjepitlalu dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit.
f.   Setelah itu botol timbang diambil satu persatu dengan menggunakan tang penjepit untuk ditimbang dengan timbangan yang sama (= c gram).

2.                  Kadar air kapasitas lapang
a.    Keranjang kuningan dibersihkan, diberi label kemudin ditimbang (= a gram).
b.    Keranjang kuningan yang telah ditimbang diletakkan ke dalam bejana seng.
c.    Contoh tanah kering angin 2 mm dimasukkan ke dalam keranjang kuningan setinggi 2,5 cm (sampai tanda batas) secara merata tanpa ditekan.
d.   Diteteskan air sebanyak 2 ml dengan pipet ukursecara perlahan-lahan pada 3 titik tanpa bersinggungan ( 1 titik = 0,67 mL )kemudian bejana senag ditutup, diletakkan ditempat yang teduh dan dibiarkan selama 15 menit.
e.    Keranjang kuningan dikeluarkan dari bejana seng, diayak dengan hati-hati hingga tertinggal 3 gumpalan tanah lembab lalu ditimbang (= b gram).

3.                  Kadar air maksimum tanah
a.    Cawan tembaga porus dan petridish dibersihkan dan diberi label secukupnya.
b.    Pada dasar cawan tembaga porus diberi kertas saring, dijenuhi air dengan menggunakan botol semprot. Kelebihan air dibersihkan dengan serbet (lap), dimasukkan ke dalam petridish kemudian ditimbang (= a gram).
c.    Cawan tembaga porus dikeluarkan dari petridis, isi dengan contoh tanah halus 0,5 mm kurang lebih 1/3nya, cawan diketuk-ketuk perlahan sampai permukaan tanahnya rata. Contoh tanah halus ditambahkan lagi 1/3nya dengan jalan yang sama sampai cawan tembaga porus penug dengan tanah. Kelebihan tanah di atas cawan diratakan dengan colet.
d.   Cawan tembaga porus direndam dalam bak perendam dengan ditumpu batu dibawahnya agar air bebas masuk ke dalam cawan tembaga porus. Perendaman dilakukan selama 12-16 jam.
e.    Setelah waktu perendaman selesai cawan tembaga porus diambil dari bak perendam. Permukaan tanah yang mengembang diratakan dengan colet,, dibersihkan dengan serbet, dimasukkkan ke dalam cawan petridis yang digunakan pada waktu penimbangan pertama, lalu ditimbang (= b gram).
f.     Cawan tembaga porus dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105-1100C.
g.    Setelah waktu pengovenan selesai cawan diangkat dengan tang penjepit dan dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu diambil dengan tang penjepit kemudian ditimbang beratnya (= c gram).
h.    Tanah yang ada di dalam cawan tembaga porus dibuang, cawan tembaga porus dibersihkan dengan kuas, dialasi dengan petridis yang sama lalu ditimbang beratnya (= d gram).





BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.                Hasil Pengamatan
1.                  Tanah kering udara
Ulangan
Botol timbang kosong (a g)
(a)+ contoh tanah    (b g)
(b) setelah dioven (c g)
Kadar air tanah kering udara (%)
Ka 1
22,5518
29,2662
29,2662
10,89 %
Ka 2
24,0961
230,6435
29,9994
10,91 %
Rata-rata
10,9 %

2.                  Kapasitas lapang
Ulangan
Keranjang kuningan kosong (a g)
(a)+ gumpalan tanah basah (b g)
Kadar air kapasitas lapang (%)
KL-1
32,3292
41,5227
27,80 %
KL-2
31,3458
40,5112
27,91 %
Rata-rata
27,855 %

3.                  Kadar air maksimum
Ulangan
Cawan+kertas saring jenuh+petridis (a g)
(a)+tanah basah jenuh air (b g)
(b)setelah dioven 24 jam (c g)
Petridis+cawan+kertas saring setelah dioven (d g)
Kadar air maksimum (%)
KAM-1
74,3155
128,4609
100,9683
73,7768
99,1262 %
KAM-2
78,7893
122,1369
103,6525
77,8044
67,7013 %
Rata-rata
83,41375 %

B. Pembahasan

            Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah. Antara lain pada proses pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati.
            Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai istilah-istilah nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan yang penuh terisi dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-pori belum terisi penuh. Jadi yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air yang bila dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105oC hingga diperoleh berat tanah kering yang tetap. (Hakim, dkk., 1986).
            Usaha apapun yang dilakukan untuk mengendalikan jumlah dan ketersediaan air untuk tanaman harus didasari oleh keterangan kuantatif mengenai neraca air di dalam tanah. Neraca air tanah didaerah perakaran dengan volume tertentu mempunyai arti bahwa selisih antara kadar air awal dan kadar air akhir yang merupakan perubahan dalam waktu tertentu. Apabila air yang masuk melebihi kadar air yang keluar,perubahan kadar air positif. Jika sebaliknya, dimana keluaran melebihi masukan, perubahan kadar airnya negatif. Untuk mencapai keseimbangan antara oksigen dan air tanah.
            Neraca air tanah dapat diperhitungkan untuk luasan dan kedalaman seberapapun, mulai dari sebuah contoh tanah yang kecil sampai dengan sebuah DAS. Pada suatu lapangan yang terbuka, neraca air tanah tidak dapat luput dari sifat-sifat iklim yang mrmpengaruhinya sangat nyata.Tujuan dari pengaturan air di dalam tanah ialah untuk menyediakan air sebanyak mungkin untuk di transpirasikan oleh tanaman untuk menghisap air tanah , tanaman perlu melakukan kerja dengan besar energi tertentu. Jadi, tidak semua air ada didalam tanah dapat diserap oleh tanaman untuk transpirasinnya, Ada 2 konsep utama dalam mempelajari ketersediaaan air tanah :

1.  Memakai pendekatan air.
2.  Potensial air tanah. (Hanafiah, K.A. 2007)
Kadar air dalam tanah Ulfisol dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persen volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air pada pertumbuhan pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air tanah dapat digolongkan dengan beberapa cara penetapan kadar air tanah dengan gravimetrik, tegangan atau hisapan, hambatan listrik dan pembauran neutron. (Hardjowigeno, S., 1992).
            Kapasitas lapang adalah kandungan lengas maksimum yang terseia untuk pertumbuhan tanaman. Pengukuran dapat dilaksanakan dengan membasahi tanah sampai lewat jenuh kemudian dibiarkan air mengatur bebas karena gravitasi selama 48 jam. Pada kondisi ini tanah mengandung lengas maksimum yang tersedia untuk tanaman. Pori makro terisi udara, sedangkan pori mikro sebagian terisi air yang tersedia. Pada umumnya harkat kandungan lengas kapasitas lapang meningkat berdasarkan urutan-urutan : pasir < debuan < geluhan < lempung < gambut. Air tersedia merupakan selisih antara kapasitas lapang dan titik layu yang besarnya dipengaruhi tekstur, tetapi berbeda dengan kapasitas lapang. Sedangkan titik layu permanen merupakan pada titik terbawah daerah kelembaban yang tersedia. Suatu tanaman akan layu bila tidak bisa memperoleh air yang dibutuhkan. Kelayakan sementara akan terjadi pada banyak tanaman pada suatu hari yang panas dan angin bertiup, tetapi tanaman pulih kembali. Pada saat hari yang lebih sejuk kelayuan permanen begitu pula kelayuan sementara tergantung pada besarnya pemakaian air oleh tanaman (Sombroek, 1969).
            Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah ( disebut air tanah ). Air ini harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air setiap tumbuhan berbeda. Tumbuhan air umumnya memerlukan air lebih banyak dibandingkan jenis tumbuhan lain. Air diperlukan oleh tmbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, antara lain untuk memenuhi transpirasi, dalam proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat, serta untuk mengangkut hasil-hasil fotosintesisnya ke seluruh jaringan tumbuhan. Air tanah berfungsi sebagai pelarut unsur hara dalam tanah. Air tanah dan unsur hara ini membentuk larutan tanah. Air tanah berfungsi membawa unsur hara ke permukaan akar tumbuhan. Di dalam jariingan atau tubuh tumbuhan ini juga berperan mengangkut unsur hara yang diserap akar ke seluruh tanaman (Indranada, 1994).
            Dari kegiatan praktikum yang dilakukan, praktikan mendapatkan bobot masing-masing contoh tanah dan menghitung persentase kadar air yang terkandung di dalam contoh tanah tersebut. Contoh tanah yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanah ultisol. Ultisol (dari ultimus latin = terakhir atau akhir) adalah mineral tanah dari sedang untuk daerah tropis, memiliki argilik atau kandic horison atau fragifan dengan kulit liat tebal, dan kejenuhan basa rendah. mereka berbeda dalam Alfisols memiliki kejenuhan basa alami lebih rendah (dan dengan demikian nilai pH umumnya lebih rendah), kroma umumnya lebih tinggi jika berdrainase baik, tanah liat dan umumnya mengandung lebih 1:1 dan 2:1 mineral lapisan tanah liat silikat.
            Tanah Ultisol memiliki kemasaman kurang dari 5,5 sesuai dengan sifat kimia, komponen kimia tanah yang berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya pada kesuburan tanah. Nilai pH yang mendekati minimun dapat ditemui sampai pada kedalaman beberapa cm dari dari batuan yang utuh (belum melapuk). Tanah-tanah ini kurang lapuk atau pada daerah-daerah yang kaya akan basa-basa dari air tanah pH meningkat pada dan di bagian lebih bawah solum (Hakim,dkk. 1986).
            Tanah Ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial, asalkan dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala (constrain) yang ada pada Ultisol ternyata dapat merupakan lahan potensial apabila iklimnya mendukung. Tanah Ultisol memiliki tingkat kemasaman sekitar 5,5 .
Faktor-faktor pembentuk tanah yang banyak mempengaruhi pembentukan Ultisol adalah :
Bahan induk : Bahan induk tua, misalnya batuan liat, atau batuan volkanik masam.           
Iklim           :Harus cukup panas (warm) dan basah (humid), di daerah iklim sedang dengan                    suhu tanah rata-rata lebih dari 8˚C, sampai di daerah tropika.
Vegetasi      :Di daerah iklim sedang di didominasi oleh pinus. Di Indonesia vegetasi hutan                     tropika.
Ralief          :Berombak sampai berbukit.
Umur            : Tua


Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air di dalam tanah adalah :
 a. Kadar Bahan Organik Tanah
            Bahan organic tanah mempunyai pori-pori yang jauh lebih banyak daripada partikel mineral tanah yang berarti luas permukaan penyerapan juga lebih banyak sehingga makin tinggi kadar bahan organic tanah makin tinggi kadar dan ketersediaan air tanah.
 b. Kedalaman Solum atau Lapisan Tanah
            Kedalaman solum atau lapisan tanah menentukan volume simpan air tanah, semakin dalam maka ketersediaan dan kadar air tanah juga semakin banyak.
 c. Iklim dan Tumbuhan
            Faktor iklim dan tumbuhan mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang dapat diabsorbsi dengan efisiensi tumbuah dalam tanah. Temperatur dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi pengguanaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan tanah. Kelakuan akan ketahanan pada kekeringan keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah fakto pertumbuhan yang berarti.
 d. Senyawa Kimiawi
            Garam-garam dan senyawa pupuk atau ameliorant baik alamaiah maupun non alamiah mempunyai gaya osmotic yang dapat menarik dan menghidrolisis air sehingga koefisien laju meningkat. (Poerwowidodo. 1991)

            Faktor tumbuhan dan iklim mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang dapat diabsorpsi dengan efisien tumbuhan dalam tanah. Kelakukan akan ketahanan pada kekeringan, keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah faktor tumbuhan yang berarti. Temperatur dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan tanah. Diantara sifat khas tanah yang berpengaruh pada air tanah yang tersedia adalah hubungan tegangan dan kelembaban, kadar garam, kedalaman tanah, strata dan lapisan tanah. (Henry, D. Foth . 1994)





BAB IV
KESIMPULAN


Adapun setelah dilakukan kegiatan praktikum dan pembahasanya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

*      Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organic dari organisme (vegetasi dan hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air.
*      Ultisol memiliki kejenuhan basa alami lebih rendah (dan dengan demikian nilai ph umumnya lebih rendah), kroma umumnya lebih tinggi jika berdrainase baik, tanah liat dan umumnya mengandung lebih 1:1 dan 2:1 mineral lapisan tanah liat silikat.














DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, K.A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan Morfologi. Fahutan : Institut     Pertanian Bogor.
Kohnke, H. 1968. Soil Physic.Tata Mc Graw- Hill Publishing. Company Ltd : Bombay.
Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA : Lampung.
Henry, D. Foth . 1994 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah Jilid ke Enam . Erlangga. Jakarta.
Indranada, Henry . 1994 . Pengelolaan Kesuburan Tanah . Bumi Aksara. Semarang.
Sambroek . 1967 . Amazon Soils . Centre for Agricultural Publivatins and Documentation .                 Waghaningan. Netherlands .
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar