Rabu, 01 Mei 2013

Laporan Dasar-Dasar Ilmu Tanah



LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH
ACARA V.PENETAPAN ANGKA ATTERBERG







DISUSUN OLEH :

FAJAR PUTRI ANDINI
A1L011102
AGROTEKNOLOGI
Rombongan C5


KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

          Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi tempattumbuh berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa porganik dan anorganik sederhana dan unsure-unsur esensial seperti N, P,K,Ca, Mg, S, CU, Zn, Fe, Mn, B, Cl dan lain-lain), dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacutumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampumenunjang produktifitas tanah untuk mengehasilkan biomassa dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan, industry perkebunan, maupun kehutanan ( KemasA.H. 2007 )
Batas Cair (BC) : kandungan lengas tanah pada saat tanah dapat mengalir bebas tanpa tekanan dibawah standar getaran. Penentuan dilakukan dengan cara mengetuk-ngetukkan tanah basah dalam cawan  cassagrade.
Batas Lekat (BL) : kandungan lengas pada saat masih kering yang dibasahi secara perlahan dan mulai mendekat pada logam.
Batas Gulung (BG) : kandungan lengas pada saat kelatan mulai terasa dan tanah dapat dibentuk sesuai dengan yang dikehendaki. Tanah mulai berada pada kondisi semi-padat.
Batas Berubah Warna (BBW) : kandungan lengas tanah pada saat pasta mulai kering karena masih ada air kapiler, tetapi udara mulai masuk ke dalam pori yang ditandai oleh perubahan warna secara tegas menjadi berwarna lebih muda. Tanah memasuki kondisi padat. (Rachmat Sutanto, 1999)




B.     Tujuan

       Untuk mengetahui Batas Cair (BC), untuk mengetahui Batas Lekat (BL), mengetahui Batas Gulung (BG), mengetahui Batas Berubah Warna (BBW), mengetahui Jangka Olah (JO), Indeks Plastisitas (IP), dan Persediaan Air Maksimum (PAM).

BAB II
METODE KERJA

A.     Alat dan Bahan

       Alat dan bahan yang digunakan meliputi contoh tanah kering udara halus 0,5 mm, casagrande, stopwatch, cawan porselin, colet, timbangan analitik, botol semprot, lap, kertas label, lempeng kaca, oven, dan eksikator.

B.     Cara Kerja

*      Batas Cair (BC)
1.        Menyiapkan alat casagrande yang mempunyai tinggi jatuh 1 cm.
2.        Membuat pasta tanah basah yang homogen secukupnya dengan cawan porselin.
3.        Latihan memutar alat casagrande dengan kecepatan konstan 2x per detik.
4.        Memasukkan pasta tanah yang telah dibuat di atas cawan casagrande dan permukaannya diratakan dengan colet sampai setebal 1 cm, kemudian dengan colet pembelah pasta tanah dibelah ditengahnya dengan gerakan tegak lurus pada bidang cawan. Hasilnya pada dasar cawan harus terlihat bagian yang bersih dari tanah, lebar alur yang terjadi 2 mm.
5.        Alat casagrande segera diputar dengan kecepatan konstan 2x per detik. Amati sampai alur menutup selebar 1 cm, pemutaran dihentikan dan catat jumlah putaran yang diperlukan tadi.
6.        Setelah dapat diperoleh jumlah ketukan antara 10-40, ambil pasta tanah disekitar alur yang menutup sebanyak kurang lebih 10 gram dan tetapkan kadar air tanahnya.
7.        Kerjakan untuk 4 ulangan dengan banyak ketukan di atas 25, dua ulangan di bawah 25.

*      Batas Lekat
1.        Ambil sisa pasta tanah pada acara BC gumpalkan dalam tangan dan tusukkan colet ke dalamnya sedalam 2,5 cm dengan kecepatan 1 cm pewr detik. Dapat juga menggumpalkan pasta tanah dengan ujung colet sepanjang 2,5 cm ada di dalamnya dan kemudian colet ditarik dengan kecepatan 0,5 detik.
2.        Periksa permukaan colet: 1) bersih, tidak ada tanah lebih kering, 2) tanah atau suspensi tanah melekat, berarti pasta tanah lebih basah dari BL.
3.        Tergantung dari hasil pemeriksaan dalam langkah ke-2, pastan tanah dibasahi atau dikurangi kelembabannya, dan langkah ke-1 diulang-ulang lagi sampai dicapai keadaan dipermukaan colet di sebelah ujungnya melekat suspensi tanah seperti dempul sepanjang kira-kira 1/3 kali dalamnya penusukkan.
4.        Ambil tanah sekitar tempat tusukan sebanyak kurang lebih 10 gram dan tetapkan kada airnya.
5.        Kerjakan untuk 2 ulangan.
6.        Dari kedua pengamatan tersebut hitunglah kadar airnya. Ini merupakan kadar air batas lekat tanah.

*      Batas Gulung
1.        Ambil pasta tanah kurang lebih 15 gram dan buat bentuk sosis atau pita tanah dengan cara menggulung-gulungkan di atas kaca dengan telapak tangan yang digerakkan maju mundur tanpa ditekan. Pada waktu menggolek-golekkan pasta tanah gerakan jari menjarang.
2.        Periksa tambang tanah yang terbentuk: 1) tidak menunjukkan keretakan sewaktu mencapai tebal 3 mm, 2) sudah retak-retak pada diameter lebih dari 3 mm. Pada kejadian 1) pasta tanah lebih basah dari BG dan pada kejadian 2) pasta tanah lebih kering.
3.        Ulangi lagi sampai diperoleh tambang tanah yang retak pada diameter 3 mm. Ambil tambang tanah yang retak tersebut masukkan ke dalam botol timbang untuk ditetapkan kadar airnya, kerjakan untuk dua ulangan.
4.        Dari kedua pengamatan tersebut hitung kadar airnya. Ini merupakan kadar air batas gulung tanah.

*      Batas Berubah Warna
1.        Dengan colet pastan tanah diratakan tipis dan permukaan licin mengkilat di atas permukaan papan kayu dan dibuat bentuk elips. Tebal bagian tengah 3mm makin ke tepi makin menipis.
2.        Letakkan pada tempat yang teduh dan diangin-anginkan, air akan menguap dan mulai kering mulai dari tepi berjalan ke tengah.
3.        Setelah jalur yang kering pada bagian tepi mulai mengering selebar 0,5 cm dan 0,5 cm, ambil bagian yang terang 0,5 cm dan 0,5 cm bagian tanah berwarna gelap. Jadi diambil keseluruhan dari tepi 1 cm.
4.        Masukkan ke dalam botol timbang dan tetapkan kadar airnya. Kerjakan untuk dua ulangan.
5.        Dari kedua pengamatan tersebut hitunglah kadar airnya. Ini merupakan kadar air batas berubah warna tanah.







BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A.     Hasil Pengamatan

Batas Cair (BC)
Ulangan
Ketukan
Ke
Botol timbang kosong
(a gram)
a+contoh tanah
(b gram)
Setelah dioven
(c gram)
KA (%)
Ka 1
< 25 = 13
15
21,91
33,17
28,29
76,48
Ka 2
(10-25)
13
23,11
30,18
27,13
75,87
Ka 3
>25
29
21,55
31,22
27,73
56,47
Ka 4
(25-40)
27
22,74
33,33
29,21
63,67
Rata-rata
65,85

Batas Lekat (BL)
Ulangan
Botol timbang kosong (a gram)
a+contoh tanah (b gram)
b+Setelah dioven
(c gram)
KA (%)
1
22,96
33,06
28,85
71,47
2
22,48
36,00
30,43
70,06
Rata-rata
70,765

Batas Gulung (BG)
Ulangan
Botol timbang kosong (a gram)
a+contoh tanah (b gram)
Setelah dioven
(c gram)
KA (%)
1
22,77
24,49
24,62
-7,02
2
21,97
24,44
23,48
63,57
Rata-rata
63,57

Batas Berubah Warna (BBW)
Ulangan
Botol timbang kosong (a gram)
a+contoh tanah (b gram)
Setelah dioven
(c gram)
KA (%)
1
22,73
26,41
25,28
44,31
2
22,49
28,80
26,78
47,08
Rata-rata
45,695


B.     Pembahasan

KERING                                                                                    BASAH
Padat
Gembur
(Semi Plastis)
Plastis
Cair
        Batas Kerut         Batas Golek            Batas Lekat                    Batas Alir
                                                
                                                          

Î Batas mengalir = batas plastis atas
Î Batas menggolek = batas plastis bawah
Î Indeks (angka) plastisitas = selisih kadar air batas mengalir dengan batas menggolek
Î Jangka olah = selisih kadar air batas melekat dengan batas menggolek
Î Batas ganti warna = batas kadar air terendah yang dapat diserap tanaman
Î Air tersedia = selisih kadar air batas mengalir dengan batas ganti warna
Î penentuan angka atterberg                   dalam kondisi tidak alami

Evaluasi Angka-Angka Atterberg

Harkat
Plastisitas
(BC-BG)
(%)
Kisaran
(BL-BG)
(%)
Kisaran
(BC-BBW)
Tekstur
Sangat rendah
0-5
1-3
< 20
Ringan
Rendah
6-10
4-8
21-30
-
Sedang
11-17
9-15
31-45
-
Tinggi
18-30
16-25
46-60
Sedang
Sangat tinggi
31-43
36-40
61-100
-
Luar
biasa tinggi
< 43
> 40
> 100
Sangat berat

            Angka Atterberg adalah angka-angka kadar air tanah pada beberapa macam keadaan. Angka ini penting dalam menetukan tindakan pengolahan tanah, karena pengolahan tanah akan sulit dilakukan kalau tanah terlalu kering ataupun terlalu basah.
           
            Batas cair tanah yaitu jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah. Kalan air lebih banyak tanah bersama air akan mengalir. Dalam hal ini tanah diaduk dulu dengan air sehingga tanah bukan dalam keadaan alami. Hal ini berbeda dengan istilah kapasitas lapang yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah dalam keadaan alami.
            Batas lekat tanah yaitu kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada benda lain. Bila kadar air lebih rendah dari batas batas melekat maka tanah tidak dapat melekat tetapi bila kadar air lebih tinggi dari batas lekat maka tanah akan mudah melekat pada benda lain. (Foth, 1998)
            Batas gulung adalah kadar air dimana gulungan tanah mulai tidak dapat digolek-golekkan lagi. Kalau digolek-golekkan tanah akan pecah-pecah ke segala jurusan. Pada kadar air lebih kecil dari batas menggolek tanah sukar diolah.
            Batas berubah warna yaitu tanah yang telah mencapai batas gulung, masih dapat terus kehilangan air sehingga tanah lambat laun menjadi keringdan pada suatu ketika tanah menjadi berwarna lebih terang. (Munir, 1996)
            Indeks plastisitas (IP) menunjukkan perbedaan kadar air pada batas cair dengan batas gulung. Tanah liat umumnya indeks plastisitas yang tingggi sedang tanah-tanah pasir mempunyai indeks plastisitas yang rendah. Jangka olah menunjukkan besarnya perbedaan kandungan air pada batas lekat dan batas gulung. Tanah dengan jangka olah yang rendah merupakan tanah yang lebih sukar diolah daripada tanah dengan jangka olah yang tinggi. (Hardjowigeno, 2003)
            Dengan kandungan air yang tinggi ini, tanah dapat melekat pada alat pengolah tanah seperti bajak atau cangkul. Bila air berkurang maka melekatnyatanah paa alat pengolah juga berkurang, sehingga bila kadar air terus berkurangakhirnya tanah tidak dapat melekat lagi.
Pada hasil percobaan menggunakan Cassagrande di peroleh data cawan 1 botol timbang kosong mempunyai berat 21,91 gr, kemudian setelah ditambahkan sampel tanah yang diambil dari bagian tengah cawan dengan menggunakan colet mempunyai berat 33,17 gr, dan setelah dioven beratnya menjadi 28,29 gr. Pada cawan 2 botol timbang kosong mempunyai berat 23,11 gr, kemudian setelah ditambahkan sampel tanah yang diambil dari bagian tengah cawan dengan menggunakan colet mempunyai berat 30,18 gr, dan setelah dioven beratnya menjadi 27,13 gr. Pada cawan 3 botol timbang kosong mempunyai berat 21,55 gr, kemudian setelah ditambahkan sampel tanah yang diambil dari bagian tengah cawan denganmenggunakan colet mempunyai berat 31,22 gr, dan setelah dioven beratnya menjadi  27,73 gr. Pada cawan 4 botol timbang kosong mempunyai berat 22,74 gr, kemudian setelah ditambahkan sampel tanah yang diambil dari bagian tengah cawan dengan menggunakan colet mempunyai berat 33,33 gr, dan  setelah dioven beratnyamenjadi 29,21 gr.
Dari hasil percobaan cassagrande (batas cair) diperoleh data kadar air (Ka)  untuk cawan 1 = 76,48 %, cawan 2 = 75,87 %, cawan 3 = 56,47 %, dan cawan 4 = 63,67 %.  Dengan ketukan masing-masing sebesar 15, 13, 29, dan 27. Pada kadar air % sample tanah pada cawan 1 akan mengalami perubahan konsistensi dari plastis menjadi cair.
Pengolahan tanah seharusnya pada kandungan air tanah yang tepat, yaitu tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering. Faktor tumbuhan dan iklim mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang dapat diabsorpsi dengan efisien tumbuhan dalam tanah. Kelakukan akan ketahanan pada kekeringan, keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah faktor tumbuhan yang berarti.
Temperatur dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan tanah. Diantara sifat khas tanah yang berpengaruh pada air tanah yang tersedia adalah hubungan tegangan dan kelembaban, kadar garam, kedalaman tanah, strata dan lapisan tanah. Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil dari pada tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih mudah kering dari pada tanah-tanah bertekstur berlempung atau liat. (Hardjowigeno, S., 1987)



















BAB IV
KESIMPULAN


1.        Faktor yang mempengaruhi hasil praktikum antara lain adalah praktikan, instrument, suhu, pengembalian sampel tanah, ketelitian praktikum dan cara pengangkutan tanah. Konstanta-konstanta yang diperoleh dari hasil praktikum disesuaikan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil praktikum.
2.        Contoh tanah yang diperiksa berkualitas paling buruk untuk dipakai dalam pembangunan jalan dengan perkerasan yang mengakibatkan antara lain rendahnya daya dukung dan kuat geser serta fungsi nilai batas cair dan indeks plastisnya sehingga termasuk sukar didapatkan.

















DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno. Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta .Akademika Pressindo.
Hardjowigeno, Sarwono.2003. Ilmu Tanah. Jakarta.Akademika Pressindo.
Sutanto, Rachman. 1999. Dasar-dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Jakarta : Erlangga
Munir, Moch. 1996.  Tanah-Tanah Utama Indonesia. Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya
Foth, Henry d. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

















2 komentar:

  1. Makasih banyak kak, sangat membantu untuk adik angkatan😊

    BalasHapus
  2. Makasih banyak kak, sangat membantu untuk adik angkatan😊

    BalasHapus