LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH
ACARA
V.PENETAPAN ANGKA ATTERBERG
DISUSUN OLEH :
FAJAR PUTRI ANDINI
A1L011102
AGROTEKNOLOGI
Rombongan C5
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN
KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tanah merupakan lapisan
permukaan bumi yang secara fisik berfungsi tempattumbuh berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara,
secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai
hara atau nutrisi (senyawa porganik dan anorganik sederhana dan unsure-unsur esensial seperti
N, P,K,Ca, Mg, S, CU, Zn, Fe, Mn, B, Cl dan lain-lain), dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif
dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacutumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampumenunjang produktifitas tanah
untuk mengehasilkan biomassa dan produksi baik tanaman pangan,
obat-obatan, industry perkebunan,
maupun kehutanan ( KemasA.H. 2007 )
Batas Cair (BC) : kandungan lengas tanah
pada saat tanah dapat mengalir bebas tanpa tekanan dibawah standar getaran.
Penentuan dilakukan dengan cara mengetuk-ngetukkan tanah basah
dalam cawan cassagrade.
Batas Lekat (BL) : kandungan lengas pada saat
masih kering yang dibasahi secara perlahan dan mulai mendekat pada logam.
Batas Gulung
(BG) : kandungan
lengas pada saat kelatan mulai terasa dan tanah dapat dibentuk sesuai dengan yang dikehendaki.
Tanah mulai berada pada kondisi semi-padat.
Batas Berubah
Warna (BBW) : kandungan lengas
tanah pada saat pasta mulai kering karena masih ada air kapiler, tetapi udara mulai
masuk ke dalam pori yang ditandai oleh perubahan warna secara
tegas menjadi berwarna lebih muda. Tanah memasuki kondisi
padat. (Rachmat Sutanto, 1999)
B. Tujuan
Untuk mengetahui Batas Cair (BC), untuk mengetahui Batas Lekat
(BL), mengetahui Batas Gulung (BG), mengetahui Batas Berubah Warna (BBW),
mengetahui Jangka Olah (JO), Indeks Plastisitas (IP), dan Persediaan Air
Maksimum (PAM).
BAB
II
METODE
KERJA
A. Alat
dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan meliputi contoh tanah kering
udara halus 0,5 mm, casagrande, stopwatch, cawan porselin, colet, timbangan
analitik, botol semprot, lap, kertas label, lempeng kaca, oven, dan eksikator.
B. Cara
Kerja
Batas Cair (BC)
1.
Menyiapkan alat casagrande yang
mempunyai tinggi jatuh 1 cm.
2.
Membuat pasta tanah basah yang homogen
secukupnya dengan cawan porselin.
3.
Latihan memutar alat casagrande dengan
kecepatan konstan 2x per detik.
4.
Memasukkan pasta tanah yang telah dibuat
di atas cawan casagrande dan permukaannya diratakan dengan colet sampai setebal
1 cm, kemudian dengan colet pembelah pasta tanah dibelah ditengahnya dengan
gerakan tegak lurus pada bidang cawan. Hasilnya pada dasar cawan harus terlihat
bagian yang bersih dari tanah, lebar alur yang terjadi 2 mm.
5.
Alat casagrande segera diputar dengan
kecepatan konstan 2x per detik. Amati sampai alur menutup selebar 1 cm,
pemutaran dihentikan dan catat jumlah putaran yang diperlukan tadi.
6.
Setelah dapat diperoleh jumlah ketukan
antara 10-40, ambil pasta tanah disekitar alur yang menutup sebanyak kurang
lebih 10 gram dan tetapkan kadar air tanahnya.
7.
Kerjakan untuk 4 ulangan dengan banyak
ketukan di atas 25, dua ulangan di bawah 25.
Batas Lekat
1.
Ambil sisa pasta tanah pada acara BC
gumpalkan dalam tangan dan tusukkan colet ke dalamnya sedalam 2,5 cm dengan
kecepatan 1 cm pewr detik. Dapat juga menggumpalkan pasta tanah dengan ujung
colet sepanjang 2,5 cm ada di dalamnya dan kemudian colet ditarik dengan
kecepatan 0,5 detik.
2.
Periksa permukaan colet: 1) bersih,
tidak ada tanah lebih kering, 2) tanah atau suspensi tanah melekat, berarti
pasta tanah lebih basah dari BL.
3.
Tergantung dari hasil pemeriksaan dalam
langkah ke-2, pastan tanah dibasahi atau dikurangi kelembabannya, dan langkah
ke-1 diulang-ulang lagi sampai dicapai keadaan dipermukaan colet di sebelah
ujungnya melekat suspensi tanah seperti dempul sepanjang kira-kira 1/3 kali
dalamnya penusukkan.
4.
Ambil tanah sekitar tempat tusukan
sebanyak kurang lebih 10 gram dan tetapkan kada airnya.
5.
Kerjakan untuk 2 ulangan.
6.
Dari kedua pengamatan tersebut hitunglah
kadar airnya. Ini merupakan kadar air batas lekat tanah.
Batas Gulung
1.
Ambil pasta tanah kurang lebih 15 gram
dan buat bentuk sosis atau pita tanah dengan cara menggulung-gulungkan di atas
kaca dengan telapak tangan yang digerakkan maju mundur tanpa ditekan. Pada
waktu menggolek-golekkan pasta tanah gerakan jari menjarang.
2.
Periksa tambang tanah yang terbentuk: 1)
tidak menunjukkan keretakan sewaktu mencapai tebal 3 mm, 2) sudah retak-retak
pada diameter lebih dari 3 mm. Pada kejadian 1) pasta tanah lebih basah dari BG
dan pada kejadian 2) pasta tanah lebih kering.
3.
Ulangi lagi sampai diperoleh tambang
tanah yang retak pada diameter 3 mm. Ambil tambang tanah yang retak tersebut masukkan
ke dalam botol timbang untuk ditetapkan kadar airnya, kerjakan untuk dua
ulangan.
4.
Dari kedua pengamatan tersebut hitung
kadar airnya. Ini merupakan kadar air batas gulung tanah.
Batas Berubah Warna
1.
Dengan colet pastan tanah diratakan
tipis dan permukaan licin mengkilat di atas permukaan papan kayu dan dibuat
bentuk elips. Tebal bagian tengah 3mm makin ke tepi makin menipis.
2.
Letakkan pada tempat yang teduh dan
diangin-anginkan, air akan menguap dan mulai kering mulai dari tepi berjalan ke
tengah.
3.
Setelah jalur yang kering pada bagian
tepi mulai mengering selebar 0,5 cm dan 0,5 cm, ambil bagian yang terang 0,5 cm
dan 0,5 cm bagian tanah berwarna gelap. Jadi diambil keseluruhan dari tepi 1
cm.
4.
Masukkan ke dalam botol timbang dan
tetapkan kadar airnya. Kerjakan untuk dua ulangan.
5.
Dari kedua pengamatan tersebut hitunglah
kadar airnya. Ini merupakan kadar air batas berubah warna tanah.
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
Batas Cair (BC)
Ulangan
|
Ketukan
|
Ke
|
Botol
timbang kosong
(a
gram)
|
a+contoh
tanah
(b
gram)
|
Setelah
dioven
(c
gram)
|
KA
(%)
|
Ka
1
|
<
25 = 13
|
15
|
21,91
|
33,17
|
28,29
|
76,48
|
Ka
2
|
(10-25)
|
13
|
23,11
|
30,18
|
27,13
|
75,87
|
Ka
3
|
>25
|
29
|
21,55
|
31,22
|
27,73
|
56,47
|
Ka
4
|
(25-40)
|
27
|
22,74
|
33,33
|
29,21
|
63,67
|
Rata-rata
|
65,85
|
Batas Lekat (BL)
Ulangan
|
Botol
timbang kosong (a gram)
|
a+contoh
tanah (b gram)
|
b+Setelah
dioven
(c
gram)
|
KA
(%)
|
1
|
22,96
|
33,06
|
28,85
|
71,47
|
2
|
22,48
|
36,00
|
30,43
|
70,06
|
Rata-rata
|
70,765
|
Batas Gulung (BG)
Ulangan
|
Botol
timbang kosong (a gram)
|
a+contoh
tanah (b gram)
|
Setelah
dioven
(c
gram)
|
KA
(%)
|
1
|
22,77
|
24,49
|
24,62
|
-7,02
|
2
|
21,97
|
24,44
|
23,48
|
63,57
|
Rata-rata
|
63,57
|
Batas Berubah Warna
(BBW)
Ulangan
|
Botol
timbang kosong (a gram)
|
a+contoh
tanah (b gram)
|
Setelah
dioven
(c
gram)
|
KA
(%)
|
1
|
22,73
|
26,41
|
25,28
|
44,31
|
2
|
22,49
|
28,80
|
26,78
|
47,08
|
Rata-rata
|
45,695
|
B. Pembahasan
KERING BASAH
Padat
|
Gembur
(Semi Plastis)
|
Plastis
|
Cair
|
Batas Kerut Batas Golek Batas Lekat Batas Alir
Î
Batas mengalir = batas plastis atas
Î
Batas menggolek = batas plastis bawah
Î
Indeks (angka) plastisitas = selisih kadar air batas
mengalir dengan batas menggolek
Î
Batas ganti warna = batas kadar air terendah yang
dapat diserap tanaman
Î
Air tersedia = selisih kadar air batas mengalir
dengan batas ganti warna
Î penentuan angka atterberg dalam kondisi tidak alami
Evaluasi Angka-Angka
Atterberg
Harkat
|
Plastisitas
(BC-BG)
(%)
|
Kisaran
(BL-BG)
(%)
|
Kisaran
(BC-BBW)
|
Tekstur
|
Sangat rendah
|
0-5
|
1-3
|
<
20
|
Ringan
|
Rendah
|
6-10
|
4-8
|
21-30
|
-
|
Sedang
|
11-17
|
9-15
|
31-45
|
-
|
Tinggi
|
18-30
|
16-25
|
46-60
|
Sedang
|
Sangat tinggi
|
31-43
|
36-40
|
61-100
|
-
|
Luar
biasa tinggi
|
<
43
|
>
40
|
>
100
|
Sangat
berat
|
Angka Atterberg adalah
angka-angka kadar air tanah pada beberapa macam keadaan. Angka ini penting
dalam menetukan tindakan pengolahan tanah, karena pengolahan tanah akan sulit
dilakukan kalau tanah terlalu kering ataupun terlalu basah.
Batas
cair tanah yaitu jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah. Kalan
air lebih banyak tanah bersama air akan mengalir. Dalam hal ini tanah diaduk
dulu dengan air sehingga tanah bukan dalam keadaan alami. Hal ini berbeda
dengan istilah kapasitas lapang yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang
dapat ditahan tanah dalam keadaan alami.
Batas
lekat tanah yaitu kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada
benda lain. Bila kadar air lebih rendah dari batas batas melekat maka tanah
tidak dapat melekat tetapi bila kadar air lebih tinggi dari batas lekat maka
tanah akan mudah melekat pada benda lain. (Foth,
1998)
Batas
gulung adalah kadar air dimana gulungan tanah mulai tidak dapat
digolek-golekkan lagi. Kalau digolek-golekkan tanah akan pecah-pecah ke segala
jurusan. Pada kadar air lebih kecil dari batas menggolek tanah sukar diolah.
Batas
berubah warna yaitu tanah yang telah mencapai batas gulung, masih dapat
terus kehilangan air sehingga tanah lambat laun menjadi keringdan pada suatu
ketika tanah menjadi berwarna lebih terang. (Munir,
1996)
Indeks
plastisitas (IP) menunjukkan perbedaan kadar air pada batas cair dengan batas
gulung. Tanah liat umumnya indeks plastisitas yang tingggi sedang tanah-tanah
pasir mempunyai indeks plastisitas yang rendah. Jangka olah menunjukkan
besarnya perbedaan kandungan air pada batas lekat dan batas gulung. Tanah
dengan jangka olah yang rendah merupakan tanah yang lebih sukar diolah daripada
tanah dengan jangka olah yang tinggi. (Hardjowigeno,
2003)
Dengan
kandungan air yang tinggi ini, tanah dapat melekat pada alat pengolah tanah
seperti bajak atau cangkul. Bila air berkurang maka melekatnyatanah paa alat
pengolah juga berkurang, sehingga bila kadar air terus berkurangakhirnya tanah
tidak dapat melekat lagi.
Pada hasil percobaan
menggunakan Cassagrande di peroleh data cawan 1 botol timbang kosong mempunyai
berat 21,91 gr, kemudian setelah ditambahkan sampel tanah yang diambil dari
bagian tengah cawan dengan menggunakan colet mempunyai berat 33,17 gr, dan
setelah dioven beratnya menjadi 28,29 gr. Pada cawan 2 botol timbang kosong
mempunyai berat 23,11 gr, kemudian setelah ditambahkan sampel tanah yang
diambil dari bagian tengah cawan dengan menggunakan colet mempunyai berat 30,18
gr, dan setelah dioven beratnya menjadi 27,13 gr. Pada cawan 3 botol timbang
kosong mempunyai berat 21,55 gr, kemudian setelah ditambahkan sampel tanah yang
diambil dari bagian tengah cawan denganmenggunakan colet mempunyai berat 31,22
gr, dan setelah dioven beratnya menjadi 27,73
gr. Pada cawan 4 botol timbang kosong mempunyai berat 22,74 gr, kemudian
setelah ditambahkan sampel tanah yang diambil dari bagian tengah cawan dengan
menggunakan colet mempunyai berat 33,33 gr, dan
setelah dioven beratnyamenjadi 29,21 gr.
Dari hasil
percobaan cassagrande (batas cair) diperoleh data kadar air (Ka) untuk cawan 1 = 76,48 %, cawan 2 = 75,87 %,
cawan 3 = 56,47 %, dan cawan 4 = 63,67 %.
Dengan ketukan masing-masing sebesar 15, 13, 29, dan 27. Pada kadar air
% sample tanah pada cawan 1 akan mengalami perubahan konsistensi dari plastis
menjadi cair.
Pengolahan
tanah seharusnya pada kandungan air tanah yang tepat, yaitu tidak terlalu basah
dan tidak terlalu kering. Faktor tumbuhan dan iklim mempunyai pengaruh yang
berarti pada jumlah air yang dapat diabsorpsi dengan efisien tumbuhan dalam
tanah. Kelakukan akan ketahanan pada kekeringan, keadaan dan tingkat
pertumbuhan adalah faktor tumbuhan yang berarti.
Temperatur dan
perubahan udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi
penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran
evaporasi permukaan tanah. Diantara sifat khas tanah yang berpengaruh pada air
tanah yang tersedia adalah hubungan tegangan dan kelembaban, kadar garam,
kedalaman tanah, strata dan lapisan tanah. Banyaknya kandungan air tanah
berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah
tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi oleh
tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang
lebih kecil dari pada tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih mudah
kering dari pada tanah-tanah bertekstur berlempung atau liat. (Hardjowigeno, S., 1987)
BAB
IV
KESIMPULAN
1.
Faktor yang mempengaruhi hasil praktikum
antara lain adalah praktikan, instrument, suhu, pengembalian sampel tanah,
ketelitian praktikum dan cara pengangkutan tanah. Konstanta-konstanta yang
diperoleh dari hasil praktikum disesuaikan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil praktikum.
2.
Contoh tanah yang diperiksa berkualitas
paling buruk untuk dipakai dalam pembangunan jalan dengan perkerasan yang
mengakibatkan antara lain rendahnya daya dukung dan kuat geser serta fungsi
nilai batas cair dan indeks plastisnya sehingga termasuk sukar didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Hardjowigeno.
Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta .Akademika
Pressindo.
Hardjowigeno,
Sarwono.2003. Ilmu Tanah. Jakarta.Akademika
Pressindo.
Sutanto, Rachman. 1999.
Dasar-dasar Ilmu Tanah Konsep dan
Kenyataan. Jakarta : Erlangga
Munir, Moch. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Jakarta : PT
Dunia Pustaka Jaya
Foth, Henry d. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta.
Makasih banyak kak, sangat membantu untuk adik angkatan😊
BalasHapusMakasih banyak kak, sangat membantu untuk adik angkatan😊
BalasHapus